Representasi Wajah Kota Yogyakarta dalam Wacana Meme di Media Sosial
Kajian Semiotika
DOI:
https://doi.org/10.31503/madah.v14i2.634Kata Kunci:
Wajah, Yogyakarta, Wacana Meme, Semiotika, Roland BarthesAbstrak
Melalui Meme, warganet menciptakan suatu wacana dengan berbagai bentuk tanda-tanda untuk merekonstruksi realitas kehidupan di Yogyakarta. Sehingga masyarakat menyebarluaskan wacana meme berdasarkan pengalaman dan ekspektasi mereka terhadap kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap kota Yogyakarta melalui Meme. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis semiotika Barthes. Data penelitian diambil dari tanda verbal dan nonverbal pada sumber data wacana meme. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan mengarsipkan meme tentang kota Yogyakarta di Twitter. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan isu-isu teratas yang dibicarakan dalam meme, kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menemukan bahwa meme tentang Yogyakarta disampaikan dalam bentuk satir dan balutan humor dengan kesan negatif. Berdasarkan analisis, penggambaran Yogyakarta dikaitkan dengan persoalan-persoalan sosial yang jarang dibicarakan dan diketahui oleh orang luar Yogyakarta. Gelar kota ‘istimewa’ semakin ditanyakan mengingat orang semakin membuka sisi lain dari Yogyakarta.Referensi
Barthes, R. (2007). Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Jalasutra.
Brodie, R. (2014). Virus of the Mind: The New Science of the Meme. Washington: Integral Press.
Cahya, M. B., & Triputra, P. (2017). Motives that Influence Participatory Culture Internet Meme (A Case Study of Social Media Path Audience of Postgraduate Communication Students University of Indonesia). Interact.
Davison, P. (2012). The Language of Internet Memes. US: New York University Press.
Dawkins, R. (2006). The Selfish Gene 30th Anniversary Edition. New York: Oxford University Press.
Hakim, F., Darmayanti, N., & Rachmat, A. (2018). Pemberitaan Konflik antara Viking dan Jakmania dalam viva.co.id: Suatu Kajian Wacana Kritis. Jurnal Linguistik Terapan, 8(1).
Handayani, R. (2019). Wajah Kota Bekasi pada Meme dalam Media Sosial Facebook: Kajian Semiotika Barthes. Jurnal Metabasa, 6-11.
Ilham, M. (2017). Representasi Budaya Populer Meme Comic Indonesia (Analisis Semiotika Meme dalam Fan page Meme Comic Indonesia). Skripsi Universitas Hasanuddin.
Juditha, C. (2015). Meme di Media Sosial: Analisis Semiotika Meme Haji Lulung. Jurnal Pekommas.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Rintel, S. (2013). Crisis Memes: The Importance of Templatability to Internet Culture and Freedom of Expression" dalam "Australasian Journal of Popular Culture".
Shifman, L. (2014). Memes in Digital Culture. USA: MIT Press.
Subroto, D. E. (1992). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.
Wardhaugh, R. (2006). An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publishing.
Wibisono, P., & Sari, Y. (2021). Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Bintang Ketjil Karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Bira. Jurnal Dinamika Ilmu Komunikasi, 30-43.
Widiastuti, A., Ismail, M. R., & Zahrani, A. (2020). Analisis Semiotika Meme 'Profesi yang Tidak Dapat Work From Home' Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Semiotika, 1-7.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Daumi Rahmatika Zuhdah

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The author who published an article in the Madah journal has agreed on the following points.
- Author retain copyright and grant the journal of first publication with the work simultaneously licenced under Creative Commons Atribution Licence (CC BY-NC-SA 4.0) that allows other to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are allowed to publish articles that have been published by the Journal of Madah through separate contractual agreements for non-exclusive dissemination (e.g, placing them into an institutional repository or publishing them in a book) by keeping the first issue in the Madah journal.
- Authors are permitted and encouraged to disseminate their work in cyberspace (e.g, in institutional repositories or author pages) before and during the submission of the text document as it can support productive exchange of earlier and broader credits.